Keluargaku........., Ada satu pertanyaan yang menggelitik…
Mengapa Nabi
Ibrahim, memilih Makkah sebagai
tempat berdirinya Ka’bah ?
Akan ada banyak jawaban…
Namun jawaban yang paling
umum adalah, Kota Makkah adalah tempat awal peradaban manusia,
sehingga disebut juga Ummul Qura
atau Ibu Negeri (QS.42:7). Dan
disanalah mula-mula tempat peribadatan
didirikan (QS.3:96).
Makkah—juga
disebut Bakkah—tempat di mana umat
Islam melaksanakan haji itu,
terbukti sebagai tempat yang pertama diciptakan.
Telah menjadi kenyataan ilmiah bahwa bola bumi ini pada mulanya tenggelam di
dalam air (samudera yang sangat luas). Kemudian gunung api di dasar samudera ini meletus dengan keras dan mengirimkan
lava dan magma dalam jumlah besar
yang membentuk ‘bukit’.
Dan bukit ini adalah tempat Allah
memerintahkan untuk menjadikannya lantai
dari Ka’bah (kiblat). Batu basal
Makkah dibuktikan oleh suatu studi ilmiah sebagai batu paling purba di bumi.
Jawaban atas alasan
dipilihnya kota Makkah, sebagaimana tersebut di atas, bagi seorang Pencari Ilmu belumlah cukup. Dan muncul
pertanyaan baru…
Darimana Nabi Ibrahim tahu, kalau tempat ia
membangun Ka’bah dulunya adalah
tempat awal peradaban manusia ? Bukankah ketika beliau mendirikan Ka’bah, tempat itu merupakan tempat tak bertuan dan gersang ?
Bahkan selepas Bencana Nabi Nuh, Kota Makkah (Bakkah)
sempat menghilang keberadaannya. Tempat yang dipercaya sebagai lokasi paling tepat bagi waktu dunia, bahkan berdasarkan
penelitian Geologi merupakan Pusat Hemisphere Pangea, selama ribuan tahun
tidak diketahui rimbanya.
Sekitar 30 tahun yang lalu,
seorang Cendikiawan Muslim, Ustadz
Nazwar Syamsu mencoba menjawab pertayaan itu.
Melalui serial bukunya “Tauhid dan Logika“, beliau menyatakan
penemuan kembali Kota Makkah,
tidaklah bisa dilepaskan dengan keberadaan Batu
Astronomi (Meteor) “Hajar Aswad”.
Beliau menulis…
“Kepada Ibrahim
dikirim ALLAH sebuah meteor yang jatuh tepat di titik
putaran utara Bumi dulu. Meteor itu kini tampak jelas di Ka’bah dan dinamakan orang dengan Hajar Aswad atau Batu Hitam, karena memang warnanya hitam, sengaja ditempatkan Nabi Ibrahim demikian, agar pada waktu
kemudiannya tidak timbul syak wasangka,
bahwa penempatan Ka’bah demikian
hanya menurut kemauan Ibrahim
sendiri.” (Sumber : Al Qur’an tentang
Shalat Puasa dan Waktu, Serial Tauhid dan Logika, Tulisan Nazwar Syamsu).
Untuk dipahami, mencium Batu Hajar Aswad, bukan saja mengikuti Sunnah Rasulullah, akan tetapi bisa juga kita maknai, sebagai
bentuk rasa syukur kita, atas
ditemukan kembali keberadaan Kota Makkah,
oleh Nabi Ibrahim ‘Alahi Salam.
WaLlahu a’lamu bishshawab...............
Tidak ada komentar:
Posting Komentar